Item I.B.57.2390 - Ny. Hartini mendampingi kunjungan Presiden. Tanggal 17 Juni 1957

Identity area

Reference code

ID 23500-4 JAPEN.PEMPOL 2-1.B-57-I.B.57.2390

Title

Ny. Hartini mendampingi kunjungan Presiden. Tanggal 17 Juni 1957

Date(s)

  • 17 Juni 1957 (Creation)

Level of description

Item

Extent and medium

1 eksp 6x6 cm Baik

Context area

Name of creator

(19 Agustus 1945)

Administrative history

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1 945 di Jakarta oleh Soekarno -Hatta, belum dapat segera dibentuk Pemerintahan yang efektif. Masih memakan waktu 2 minggu lagi, untuk mengadakan berkali-kali perundingan oleh Komite Persiapan Kemerdekaan, untuk menyusun Undang-Undang Dasar lebih dahulu. Baru sesudah konstitusi Republik Indonesia diterima dengan baik oleh Komite, Komite memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Kemudian pada tanggal 31 Agustus 1945 diumumkanlah Kabinet Pertama RI, yang terdiri atas 16 Menteri.
Kementerian Penerangan tergolong satunya kementerian yang dibentuk dalam Kabinet I semenjak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Yang diangkat untuk menjadi Menteri Penerangan ialah Mr. Amir Sjarifuddin, yang masih berada dalam tahanan Jepang di Malang, karena dituduh menjadi anggota bawah tanah melawan pemerintahan Jepang. Mr. Amir Sjarifuddin adalah Menteri Penerangan I, dengan masa jabatan 19 Agustus 1945 s/d 14 Nopember 1945. Dengan demikian resmilah adanya Menteri Penerangan RI dan otomatis Hari Jadi Deppen RI adalah tepat tanggal 19 Agustus 1945 itu.
Kementerian-kementerian yang baru dibentuk itu menghadapi tekanan-tekanan dari militer Jepang yang mendapat perintah dari Tentara Sekutu untuk mempertahankan status quo. Kementerian tidak tergantung pada status quo. Kementerian Penerangan adalah sebuah aparat baru bagi suatu pemerintahan nasional yang berdasarkan demokrasi harus berjalan terus. Kementerian Penerangan menjadi motor penggugah kesadaran rakyat Indonesia untuk berani mempertahankan kemerdekaan yang baru diumumkan itu. Di samping Kementrian Penerangan Pusat yang oleh Pemerintah RI dibangun di Jakarta, maka di daerah-daerah muncul bagian-bagian penerangan dari KNI daerah-daerah di Pulau Jawa - Madura dan Sumatera.
Segera Kementrian Penerangan Pusat memusatkan kegiatannya dalam berbagai lapangan penerangan terutama dalam memperkenalkan Republik yang baru dan muda itu pada wartawan-wartawan dan tamu-tamu luar negeri. Demikian pula penerangan KNI daerah-daerah itu memusatkan usaha penerangan yang langsung ditujukan kepada rakyat, kepada segenap lapisan masyarakat. Diterbitkanlah bulletin-bulletin mengenai kegiatan pemerintahan Republik Indonesia yang disiarkan dan dikirim ke daerah-daerah di luar kota Jakarta. Situasi di Jakarta mulai berubah dengan mendaratnya Tentara Sekutu pada tanggal 29 September 1945 yang diikuti oleh pendaratan Tentara Belanda. Tentara Belanda mulai melakukan patroli dijalan-jalan Jakarta dan menangkapi pemuda-pemuda Indonesia.
Berhubung situasi diJakarta makin panas, maka pada permulaan tahun 1946 Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta secara rahasia meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta. Semua Kementerian juga pindah kecuali Kementerian Luar Negeri. Kabinet Republik Indonesia pertama berlangsung dari tanggal 31 Agustus 1945 sampai 14 Nopember 1945, di bawah Presiden Republik Indonesia. Kabinet kedua dibentuk pada tanggal 14 Nopember 1945 di bawah P.M. Sutan Sjahrir. Kabinet itu berlangsung sampai tanggal 28 Pebruari 1946. Menteri Penerangan masih tetap Mr. Amir Sjarifuddin yang sudah dikeluarkan dari tahanan Jepang di Malang, atas usaha Presiden Soekarno pada pihak Jepang. Di samping menjabat Menteri Penerangan, Mr. Amir Sjarifuddin merangkap juga Menteri Pertahanan. Karena terlalu berat memegang dua Kementerian, maka pada tanggal 1 Januari 1946, Moh. Natsir menggantikan Mr. Amir Syarifudin sebagai Menteri Penerangan.
Di bawah Menteri Penerangan Moh. Natsir, pindahlah Kementerian Penerangan dari Jakarta ke Yogyakarta dan berkantor di Jalan Code. Di sini para petugas Kementrian Penerangan memanfaatkan media-media yang ada, guna dapat memberikan penerangan kepada masyarakat luas dan membangkitkan semangat perjuangan; juga memberikan penerangan ke luar negeri, dan juga memberikan penerangan kepada musuh, tentang arti perjuangan bangsa kita. Di samping itu, kepada masyarakat dibangkitkan semangat untuk bergerak. dan berbuat seperti bangsa yang merdeka, melalui pendidikan masyarakat. Adakalanya diberikan penerangan yang bersifat mengobar-ngobarkan semangat perlawanan, adakalanya diperlukan penerangan yang bersifat meneguhkan iman dan kepercayaan kepada bangsa sendiri, dan kadang-kadang diharuskan memberikan penerangan yang bersifat menentramkan dan menyabarkan rakyat kita.
Dalam Kabinet Sjahrir yang kedua yang dibentuk pada tanggal 6 \Iaret 1946, Moh. Natsir tetap memegang Kementerian Penerangan. Juga waktu diadakan reshuflle pada Kabinet Sjahrir yang ketiga, yang berlangsung dari tanggal 2 Oktober 1946 sampai tanggal 27 Juni 1947, Moh. Natsir tetap menjadi Menteri Penerangan dan dibantu oleh seorang Wakil, yakni Baswedan. Kabinet Sjahrir jatuh pada tanggal 27 Juni 1947, karena munculnya ultimatun Belanda di Linggarati, yang menuntut segera dibentuknya pemerintahan Federal Sementara untuk Indonesia, yang diterima oleh pemimpin-pemimpin Indonesia yang lain.
Pada tanggal 3 J uli 1947 terbentuklah Kabinet baru, di bawah Mr. Amir Sjarifuddin, di mana Sjahbuddin Latif dari PSI I menjabat Menteri Penerangan dan Ir. Setiadi Reksoprodjo menjadi wakilnya. Kabinet baru hanya berumur lebih kurang 6 bulan. Karena persetujuan Renville yang diterima oleh PM. Amir Sjarifuddin, tetapi ditolak oleh Partai-partai PNI, Masjumi, maka Amir Sjarifuddin meletakkan jabatannya pada tanggal 23 Januari 1948. Wakil Presiden Hatta ditunjuk oleh Presiden Soekarno
untuk membentuk Kabinet baru, yang terjadi pada tanggal 29 Januari 1948. Kembali Moh. Natsir memegang Kementerian Penerangan. Tahun 1948 pada bulan September, timbul pemberontakan PKI Madiun, yang dalam waktu singkat dapat dihancurkan oleh TNI. Kemudian meletus pula serangan- serangan Belanda yang disebut agresi kedua dan berhasil menduduki Yogyakarta. Gedung Kementerian Penerangan di Jalan Code diobrak-abrik oleh Tentara Belanda. Sekretaris Jenderal Kementrian Penerangan Ruslan Abdulgani kena Granat tangannya dan dua jari tangannya putus. Ternyata Tentara Belanda tidak dapat menghancurkan Republik Indonesia. PBB memaksa Belanda untuk mengakui Republik Indonesia, sehingga Tentara Belanda ditarik kembali dari Yogyakarta dan daerah-daerah Republik lainnya di Jawa dan Sumatera. Kembali Kementerian Penerangan RI menjalankan tugasnya di Jalan Ngabean 4, sekarang Jl. K.H. Ahmad Dahlan 4 Yogyakarta, di bawah Menteri Penerangan Sjamsuddin S.H.
Dalam Kabinet Hatta ke II tanggal 4 Agustus 1949 sampai dengan 20 Desember 1949, Kementerian Penerangan Republik Indonesia Serikat dibentuk di Jakarta di bawah Arnold Mononutu dan Sekjen Ruslan Abdulgani pada tahun 1950. Karena RIS beberapa bulan kemudian membubarkan diri dan seluruh Indonesia menjadi daerah-daerah Republik Indonesia, maka Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Yogyakarta ke Jakarta

Archival history

Immediate source of acquisition or transfer

Content and structure area

Scope and content

Appraisal, destruction and scheduling

Accruals

System of arrangement

Conditions of access and use area

Conditions governing access

Conditions governing reproduction

Language of material

Script of material

Language and script notes

Physical characteristics and technical requirements

Finding aids

Allied materials area

Existence and location of originals

Existence and location of copies

Related units of description

Related descriptions

Notes area

Note

Dini & Faiqoh, UINSA

Alternative identifier(s)

Access points

Subject access points

Place access points

Name access points

Genre access points

Description control area

Description identifier

Institution identifier

Rules and/or conventions used

Status

Level of detail

Dates of creation revision deletion

Language(s)

Script(s)

Sources

Accession area

Related subjects

Related people and organizations

Related genres

Related places